setting
Font Type: Arial Georgia Verdana
Font Size: Aa Aa Aa
Line Spacing:
Background:

Pemeriksaan Aglutinasi Lateks Anti-Streptolysin-O (ASO/ASTO/ASL)

Group A streptococcus (GAS), secara ilmiah dikenal sebagai Streptococcus pyogenes, adalah bakteri Gram-positif yang bertanggung jawab terhadap manifestasi klinis mulai dari infeksi superfisial ringan hingga kondisi yang mengancam jiwa. Infeksi dapat muncul sebagai faringitis dan impetigo sederhana atau berkembang menjadi sekuele pasca-streptokokus yang serius seperti glomerulonefritis akut dan demam reumatik.

Patogenesis infeksi GAS kompleks dan melibatkan produksi berbagai faktor virulensi, termasuk molekul adhesi permukaan sel dan toksin yang disekresi. Di antara faktor virulensi ini, streptolysin O (SLO) memainkan peran penting sebagai cytolysin yang mengikat kolesterol dalam membran plasma inang, membentuk pori-pori besar yang menyebabkan apoptosis sel. Selain itu, SLO memfasilitasi pelarian GAS dari mekanisme pembunuhan endosome-lysosome dalam sel inang.

Respons imun inang terhadap infeksi GAS mencakup produksi antibodi spesifik terhadap streptolysin O oleh sel B. Deteksi antibodi anti-streptolysin O (ASO/ASL) ini telah menjadi penanda serologis yang paling umum digunakan di laboratorium klinis untuk mengidentifikasi infeksi GAS dan mengkonfirmasi paparan sebelumnya terhadap patogen.

Tujuan

Pemeriksaan aglutinasi lateks Anti-Streptolysin-O memiliki tujuan diagnostik utama untuk menentukan keberadaan infeksi Group A streptococcal baik yang sedang berlangsung maupun yang telah terjadi sebelumnya. Dalam konteks klinis, pemeriksaan ini berperan penting untuk mengkonfirmasi infeksi GAS anteseden pada pasien yang menunjukkan komplikasi pasca-streptokokus, sehingga dapat mendukung penetapan diagnosis yang tepat.

Dari aspek pemantauan penyakit, pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai pola respons imun pada pasien dengan dugaan demam reumatik atau glomerulonefritis akut, yang merupakan komplikasi serius dari infeksi streptokokus. Hal ini memungkinkan tenaga medis untuk memahami tingkat keparahan respons imunologi dan memantau perkembangan kondisi pasien.

Dalam lingkup surveilans epidemiologi, pemeriksaan ASO berfungsi untuk mendukung investigasi kesehatan masyarakat terhadap wabah streptokokus di komunitas, sehingga dapat membantu dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran infeksi. Selain itu, hasil pemeriksaan ini juga berperan sebagai panduan pengobatan dengan memberikan bukti laboratorium yang objektif untuk mendukung pengambilan keputusan klinis pada kondisi dugaan pasca-streptokokus, khususnya dalam menentukan strategi terapi yang paling sesuai untuk setiap pasien.

Prinsip

Tes aglutinasi lateks ASO/ASL beroperasi berdasarkan prinsip interaksi antigen-antibodi yang menghasilkan aglutinasi yang terlihat. Tes menggunakan partikel lateks polystyrene yang dilapisi dengan antigen streptolysin O. Ketika serum pasien yang mengandung antibodi anti-streptolysin O dicampur dengan partikel lateks berlapis ini, ikatan antigen-antibodi spesifik terjadi.

Pembentukan kompleks antigen-antibodi menghasilkan cross-linking antara partikel lateks, menciptakan aglutinasi yang terlihat yang dapat diamati secara makroskopis. Tingkat aglutinasi sebanding dengan konsentrasi antibodi ASO yang ada dalam serum pasien.

Immunoassay ini memberikan hasil kualitatif (positif atau negatif) dan hasil semi-kuantitatif melalui teknik pengenceran serial. Studi validasi klinis telah menunjukkan bahwa metode aglutinasi lateks menunjukkan korelasi yang sangat baik dengan neutralization assay standar, dengan koefisien korelasi mencapai 0,93. Tes menunjukkan reproduktibilitas tinggi, dengan 94% pengukuran berulang berada dalam satu pengenceran satu sama lain, dan menunjukkan variabilitas lot-to-lot minimal dalam kinerja reagen.

Metodologi ini merupakan kemajuan signifikan dari neutralization assay tradisional, yang memerlukan eritrosit kelinci, memakan waktu, dan menuntut fasilitas laboratorium yang lengkap. Pendekatan aglutinasi lateks menghilangkan hambatan teknis ini sambil mempertahankan akurasi diagnostik yang sebanding.

Alat dan Bahan
Reagen
  1. Reagen Lateks: Partikel lateks polystyrene yang dilapisi secara seragam dengan antigen streptolysin O murni
  2. Kontrol Positif: Serum yang mengandung kadar tinggi antibodi anti-streptolysin O yang diketahui
  3. Kontrol Negatif: Serum yang dikonfirmasi bebas dari antibodi ASO
  4. Larutan Saline: Untuk pengenceran serial dalam pengujian semi-kuantitatif
Alat
  1. Test Slide: Slide yang dirancang khusus dengan beberapa sumur melingkar untuk melakukan tes aglutinasi
  2. Rotator: Rotator mekanis untuk pencampuran lembut selama periode inkubasi
  3. Mikropipet: Untuk pengukuran akurat volume kecil (10-50 μL)
  4. Timer: Untuk waktu yang tepat dari periode inkubasi
  5. Disposable Tips: Untuk mikropipet guna mencegah kontaminasi silang
Prosedur
Fase Pra-analitik
  1. Persiapan Sampel: Pastikan semua reagen, sampel pasien, dan kontrol mencapai suhu ruangan (18-25°C) sebelum pengujian
  2. Kontrol Kualitas: Verifikasi integritas dan tanggal kedaluwarsa semua reagen
  3. Pemeriksaan Peralatan: Konfirmasi fungsi yang tepat dari rotator dan kalibrasi pipet
Fase Analitik
  1. Tempatkan satu tetes kontrol positif, kontrol negatif, dan 10-50 μL serum pasien ke dalam lingkaran yang diberi label yang sesuai pada test slide
  2. Tambahkan satu tetes reagen lateks ke setiap lingkaran setelah pencampuran menyeluruh dengan membalik botol reagen beberapa kali
  3. Campur dengan lembut isi setiap lingkaran menggunakan tongkat pengaduk atau dengan memiringkan slide
  4. Tempatkan slide pada rotator dan inkubasi selama 2-5 menit pada suhu ruangan dengan rotasi lembut
  5. Periksa setiap lingkaran di bawah pencahayaan yang memadai untuk ada atau tidaknya aglutinasi
Semi-kuantitatif

Untuk sampel yang menunjukkan hasil positif dalam tes kualitatif:

  1. Siapkan pengenceran serial serum pasien (1:2, 1:4, 1:8, 1:16, dll.)
  2. Ulangi prosedur pengujian dengan setiap pengenceran
  3. Tentukan pengenceran tertinggi yang menunjukkan aglutinasi yang terlihat
  4. Ekspresikan hasil sebagai kebalikan dari pengenceran positif tertinggi
Interpretasi Hasil
Hasil Kualitatif
  • Hasil Positif: Aglutinasi yang jelas dan terlihat menunjukkan keberadaan antibodi anti-streptolysin O dalam serum pasien, menunjukkan infeksi GAS saat ini atau baru-baru ini
  • Hasil Negatif: Tidak adanya aglutinasi menunjukkan tidak ada infeksi GAS sebelumnya atau kadar antibodi di bawah ambang deteksi tes
Hasil Semi-kuantitatif
  • Titer ASO: Dinyatakan sebagai kebalikan dari pengenceran serum tertinggi yang menunjukkan aglutinasi positif
  • Signifikansi Klinis: Titer yang lebih tinggi umumnya berkorelasi dengan infeksi GAS yang lebih baru atau lebih parah
  • Nilai Rujukan: Titer ASO normal bervariasi menurut kelompok usia dan lokasi geografis; konsultasi dengan rentang rujukan laboratorium sangat penting
Karakteristik Kinerja

Studi validasi klinis menggunakan spesimen serum fase akut dan convalescent dari pasien dengan faringitis Group A streptococcal yang dikonfirmasi telah menetapkan metrik kinerja berikut:

Parameter Kinerja Nilai Keterangan
Sensitivitas 91% Untuk mendeteksi peningkatan titer ASO yang signifikan (≥2 pengenceran)
Spesifisitas 86% Dibandingkan dengan neutralization assay standar
Positive Predictive Value 83% Probabilitas infeksi GAS ketika tes positif
Negative Predictive Value 92% Probabilitas tidak ada infeksi GAS ketika tes negatif
Korelasi dengan Metode Standar r = 0,93 Koefisien korelasi dengan neutralization assay
Reproduktibilitas ±32,8 IU Confidence interval 95% untuk pengukuran berulang

Pertimbangan Kontrol Kualitas

Hanya 11% spesimen menunjukkan lebih dari 1 pengenceran perbedaan antara aglutinasi lateks dan metode netralisasi. Hasil false-positive sering mewakili spesimen dengan peningkatan 1-pengenceran dalam neutralization assays. Hasil false-negative biasanya melibatkan spesimen dengan peningkatan minimal (1-pengenceran) dalam tes lateks.

Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan

Tes aglutinasi lateks ASO menawarkan berbagai keuntungan signifikan yang menjadikannya pilihan yang menarik untuk laboratorium klinis. Hasil yang cepat dapat diperoleh dalam waktu 3-5 menit, secara signifikan lebih cepat dari neutralization assays tradisional yang memerlukan beberapa jam. Kesederhanaan teknis tes memungkinkan implementasi dengan pelatihan minimal dan keahlian teknis terbatas, menjadikannya cocok untuk laboratorium klinis rutin. Aspek cost-effective sangat menarik dibanding neutralization assays dan metode ELISA yang lebih mahal.

Validasi klinis menunjukkan sensitivitas tinggi 91% untuk mendeteksi peningkatan titer ASO yang signifikan, dengan spesifisitas baik 86% ketika dibandingkan dengan neutralization assays standar. Reproduktibilitas yang sangat baik telah terbukti dengan 94% pengukuran triplikat berada dalam satu pengenceran satu sama lain. Volume sampel minimal yang diperlukan hanya 10-50 μL serum membuat sampel fingerstick memadai, meningkatkan utilitas dalam populasi pediatrik dan pengaturan dengan sumber daya terbatas.

Masa simpan reagen yang panjang hingga satu tahun di bawah kondisi penyimpanan yang tepat mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi laboratorium. Tes tidak memerlukan instrumentasi canggih atau eritrosit kelinci yang tidak stabil, menghilangkan banyak tantangan logistik. Kemampuan untuk memproses beberapa sampel secara bersamaan meningkatkan throughput laboratorium, dan variasi lot-to-lot minimal dengan 84% sampel menunjukkan hasil identik di berbagai lot reagen.

Kerugian

Meskipun memiliki banyak keuntungan, tes aglutinasi lateks ASO memiliki beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan. Interpretasi subjektif hasil tergantung pada penilaian visual, yang dapat bervariasi antar operator dan mempengaruhi konsistensi hasil. Kuantifikasi terbatas menghasilkan hasil semi-kuantitatif yang kurang tepat dibanding metode netralisasi tradisional.

Faktor interferensi seperti hemolysis, lipemia, atau kadar protein tinggi dapat mempengaruhi hasil dan memerlukan perhatian khusus dalam interpretasi. Persyaratan penyimpanan untuk reagen lateks memerlukan kondisi penyimpanan spesifik untuk mempertahankan stabilitas. False positives dapat terjadi karena rheumatoid factor atau antibodi cross-reactive lainnya, dengan positive predictive value 83% menunjukkan beberapa hasil positif palsu.

False negatives dengan negative predictive value 92% menunjukkan beberapa kasus terlewat yang memerlukan perhatian klinis. Deteksi antibodi tunggal hanya mendeteksi antibodi ASO, bukan antibodi streptokokus lainnya seperti anti-DNase B, yang dapat membatasi gambaran imunologi lengkap. Sensitivitas skema pengenceran dapat mempengaruhi hasil tergantung pada variasi dalam protokol pengenceran yang digunakan.

Quality Assurance

Implementasi program jaminan kualitas yang komprehensif sangat penting untuk memastikan keandalan dan akurasi hasil tes aglutinasi lateks ASO. Validasi kontrol merupakan aspek fundamental dimana kontrol positif dan negatif harus menunjukkan hasil yang diharapkan untuk validitas tes. Setiap run tes harus menyertakan kontrol yang sesuai, dan hasil kontrol yang tidak sesuai harus mengarah pada investigasi dan tindakan korektif.

Penanganan reagen memerlukan perhatian khusus untuk menghindari kontaminasi dan memastikan pencampuran yang tepat dari reagen lateks sebelum digunakan dengan membalik botol beberapa kali. Reagen harus disimpan sesuai instruksi pabrik dan diperiksa secara visual untuk tanda-tanda agregasi atau perubahan sebelum digunakan. Kondisi lingkungan harus dijaga konsisten dengan suhu ruangan (18-25°C) dan pencahayaan yang memadai untuk hasil optimal.

Dokumentasi semua hasil kontrol kualitas dan setiap penyimpangan dari prosedur standar harus dicatat dengan teliti. Pemantauan reproduktibilitas melalui penilaian reguler inter-observer agreement untuk interpretasi hasil membantu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan tambahan atau modifikasi prosedur. Evaluasi berkala terhadap korelasi dengan metode rujukan dan partisipasi dalam program proficiency testing eksternal mendukung validasi berkelanjutan kinerja tes.

Catatan

Pertimbangan penting dalam implementasi tes ASO mencakup konteks klinis dimana hasil tes ASO harus selalu diinterpretasikan bersamaan dengan gejala klinis dan temuan laboratorium lainnya. Sensitivitas waktu menunjukkan bahwa antibodi ASO biasanya muncul 1-3 minggu setelah infeksi GAS awal dan dapat menetap selama berbulan-bulan. Variasi usia menunjukkan bahwa titer ASO normal bervariasi secara signifikan antara populasi pediatrik dan dewasa. Faktor geografis dapat mempengaruhi rentang rujukan berdasarkan epidemiologi lokal infeksi GAS.

Konteks historis dan metode alternatif menunjukkan bahwa tes ASO, yang awalnya dideskripsikan oleh Todd pada tahun 1932, telah berkembang secara signifikan dari neutralization assay tradisional. Berbagai metode alternatif telah dikembangkan selama bertahun-tahun termasuk tes Streptozyme yang merupakan prosedur hemagglutination mendeteksi antibodi terhadap beberapa enzim streptokokus, tetapi WHO menyimpulkan bahwa tes ini tidak cukup dapat diandalkan dan tidak lagi merekomendasikan penggunaannya. Neutralization assays yang disederhanakan termasuk metode darah utuh menggunakan eritrosit pasien sendiri, meskipun ini tidak pernah mendapat penerimaan luas. Metode ELISA menunjukkan korelasi baik dengan metode standar, dan assays berbasis liposom menggunakan liposom yang mengandung carboxyfluorescein sebagai pengganti eritrosit kelinci. Tes lateks lainnya termasuk berbagai tes aglutinasi lateks komersial dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi, termasuk Leap Strep, Check-Spectra, Mercia ASL, dan Rapi Tex ASL.

Optimisasi teknis menunjukkan bahwa penelitian telah menunjukkan bahwa modifikasi skema pengenceran tradisional (dari 1:200, 1:400, 1:800 menjadi 1:50, 1:100, 1:150, 1:200) dapat meningkatkan korelasi dengan neutralization assays. Modifikasi ini memungkinkan pendekatan yang lebih baik dari skema pengenceran netralisasi standar sambil mempertahankan kesederhanaan metode lateks. Tindakan pencegahan keamanan mencakup penanganan semua spesimen pasien sebagai bahan yang berpotensi infeksius, penggunaan alat pelindung diri yang sesuai sepanjang prosedur, pembuangan semua bahan sesuai protokol biohazard institusi, dan mencuci tangan dengan bersih setelah menyelesaikan tes.

Keterbatasan metode tradisional menunjukkan bahwa neutralization assay standar, meskipun dianggap sebagai "gold standard," memiliki beberapa keterbatasan yang diatasi oleh metode aglutinasi lateks termasuk memerlukan eritrosit kelinci yang mahal dan tidak stabil, prosedur yang memakan waktu (beberapa jam vs menit), memerlukan fasilitas laboratorium yang lengkap, prosedur kompleks yang memerlukan keahlian khusus, biaya yang lebih tinggi per tes, dan ketersediaan terbatas di pengaturan dengan sumber daya terbatas. Keterbatasan ini cukup signifikan sehingga kriteria Jones yang direvisi American Heart Association untuk diagnosis demam reumatik awalnya tidak diterima oleh WHO Expert Committee karena sumber daya laboratorium yang tidak memadai di negara-negara berkembang.

Kesimpulan

Tes aglutinasi lateks Anti-Streptolysin-O telah terbukti menjadi alat diagnostik yang berharga dan dapat diandalkan untuk mendeteksi infeksi Group A streptococcal sebelumnya atau yang sedang berlangsung. Studi validasi klinis yang melibatkan 50 pasien dengan faringitis streptokokus yang dikonfirmasi telah menunjukkan bahwa metode ini memberikan hasil yang sangat dapat direproduksi, menunjukkan variabilitas lot-to-lot minimal, dan berkorelasi sangat baik (r = 0,93) dengan neutralization assay standar.

Kekuatan utama tes ini mencakup kesederhanaan yang luar biasa, waktu turnaround yang cepat (3-5 menit), dan karakteristik kinerja yang kuat dengan sensitivitas 91% dan spesifisitas 86% untuk mendeteksi peningkatan titer ASO yang signifikan. Kemampuannya untuk memberikan screening kualitatif dan penilaian semi-kuantitatif menjadikannya sangat berharga dalam pengaturan klinis dimana keputusan diagnostik cepat diperlukan. Persyaratan volume sampel minimal (10-50 μL) membuat sampel fingerstick memadai, meningkatkan utilitasnya dalam populasi pediatrik dan pengaturan dengan sumber daya terbatas.

Perkembangan historis pengujian ASO, dari metode netralisasi asli Todd tahun 1932 hingga teknik aglutinasi lateks modern, merupakan kemajuan signifikan dalam mikrobiologi diagnostik. Metode lateks berhasil mengatasi keterbatasan utama neutralization assays tradisional, termasuk kebutuhan eritrosit kelinci yang tidak stabil, prosedur kompleks, laboratorium yang lengkap, dan keahlian khusus. Evolusi ini telah membuat pengujian ASO dapat diakses oleh laboratorium klinis rutin di seluruh dunia.

Namun, profesional kesehatan harus memahami bahwa tes ASO paling efektif ketika digunakan sebagai bagian dari pendekatan diagnostik yang komprehensif. Positive predictive value 83% dan negative predictive value 92% menunjukkan bahwa korelasi klinis tetap penting. Sifat subjektif interpretasi hasil dan potensi interferensi dari faktor seperti rheumatoid factor merupakan keterbatasan berkelanjutan yang memerlukan perhatian.

Analisis komparatif dengan metode cepat alternatif, termasuk tes Streptozyme (yang tidak lagi direkomendasikan WHO), berbagai metode ELISA, dan sistem aglutinasi lateks lainnya, menunjukkan bahwa metode lateks yang tervalidasi dengan baik seperti Rheumagen ASO menawarkan keseimbangan optimal antara kesederhanaan, akurasi, dan cost-effectiveness.

Sensitivitas tinggi tes dalam mendeteksi sekuele pasca-streptokokus, khususnya pada 80-95% kasus demam reumatik dan glomerulonefritis akut, menekankan relevansi klinisnya yang berkelanjutan. Data reproduktibilitas yang sangat baik (94% pengukuran dalam satu pengenceran) dan variasi lot-to-lot minimal (84% menunjukkan hasil identik) mendukung keandalannya untuk penggunaan klinis rutin.

Perkembangan masa depan mungkin mencakup sistem pembacaan otomatis untuk mengurangi interpretasi subjektif, skema pengenceran standar untuk mengoptimalkan korelasi dengan metode netralisasi, dan integrasi dengan tes antibodi streptokokus cepat lainnya untuk penilaian komprehensif. Pengembangan tes aglutinasi lateks untuk antibodi streptokokus lainnya (seperti anti-DNase B) akan memungkinkan pengujian simultan untuk beberapa penanda, lebih meningkatkan akurasi diagnostik.

Tes aglutinasi lateks ASO merupakan teknologi diagnostik yang matang dan tervalidasi dengan baik yang berhasil menjembatani kesenjangan antara kecanggihan laboratorium dan kepraktisan klinis. Ini kemungkinan akan tetap menjadi komponen penting dari armamentarium diagnostik untuk infeksi Group A streptococcal, terutama dalam pengaturan dimana hasil yang cepat, cost-effective, dan dapat diandalkan adalah yang utama. Data validasi yang ekstensif mendukung potensinya untuk mengganti neutralization assays tradisional sebagai prosedur pilihan untuk penentuan antibodi ASO di banyak laboratorium klinis.

Daftar Pustaka
  1. Alhabbab, R.Y. (2018). Suspension Anti-Streptolysin-O (ASO/ASL) Test. In: Basic Serological Testing. Techniques in Life Science and Biomedicine for the Non-Expert. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-77694-1_8
  2. Gerber, M. A., Caparas, L. S., & Randolph, M. F. (1990). Evaluation of a new latex agglutination test for detection of streptolysin O antibodies. Journal of clinical microbiology, 28(3), 413–415. https://doi.org/10.1128/jcm.28.3.413-415.1990
Posting Lama
Posting Lama