Penyebab Hemolisis
Hemolisis dapat terjadi karena dua faktor utama, yaitu in-vivo dan in-vitro. Hemolisis in-vivo biasanya disebabkan oleh kondisi patologis seperti anemia hemolitik autoimun atau reaksi transfusi, sedangkan hemolisis in-vitro umumnya terjadi akibat kesalahan teknis saat pengambilan, penanganan, atau transportasi sampel darah.Beberapa penyebab hemolisis in-vitro yang sering terjadi antara lain:
- Kesalahan pemilihan lokasi venipungsi: Pengambilan darah dari lokasi distal lengan (bukan di lipat siku) meningkatkan risiko hemolisis.
- Penggunaan jarum yang tidak sesuai: Jarum yang terlalu kecil atau terlalu besar dapat menyebabkan tekanan berlebih pada eritrosit sehingga pecah.
- Tekanan berlebih saat menggunakan spuit: Menarik plunger terlalu kuat atau mendorong darah ke dalam tabung dengan paksa dapat memicu hemolisis.
- Penggunaan kateter IV: Pengambilan darah dari kateter IV memiliki risiko hemolisis lebih tinggi karena adanya gelembung (frothing) akibat koneksi yang kurang rapat.
- Pencampuran tabung yang terlalu kuat: Mengocok tabung darah secara berlebihan dapat merusak sel darah merah. Disarankan hanya membalik tabung secara perlahan sesuai petunjuk pabrikan.
- Tidak membiarkan area venipungsi kering setelah dibersihkan alkohol: Sisa alkohol dapat merusak sel darah merah saat penusukan.
- Waktu tourniquet yang terlalu lama: Membiarkan tourniquet lebih dari satu menit dapat menyebabkan cairan interstisial masuk ke jaringan dan memicu hemolisis.
- Proses transportasi yang tidak tepat: Penggunaan sistem tabung pneumatik dengan kecepatan atau sudut yang ekstrem dapat menyebabkan trauma mekanik pada sampel.
- Paparan suhu ekstrem: Suhu yang terlalu panas atau dingin dapat menyebabkan membran eritrosit rapuh dan mudah pecah.
Dampak Hemolisis
Hemolisis dapat menyebabkan hasil pemeriksaan laboratorium menjadi tidak akurat. Misalnya, kadar kalium, laktat dehidrogenase (LDH), dan enzim lain dalam darah bisa meningkat secara artifisial karena keluar dari sel darah merah yang pecah. Selain itu, hemolisis juga dapat mengganggu metode pemeriksaan berbasis spektrofotometri sehingga hasilnya tidak valid. Oleh karena itu, sampel yang hemolisis berat biasanya akan ditolak oleh laboratorium dan pasien harus diambil sampel ulang.Mencegah Hemolisis
Untuk memastikan hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat dan menghindari pengambilan sampel ulang, berikut beberapa langkah pencegahan hemolisis yang direkomendasikan:- Pilih lokasi venipungsi yang tepat, seperti vena median kubiti, basilika, atau sefalika di lipat siku.
- Gunakan ukuran jarum yang sesuai dengan kondisi pasien dan jumlah darah yang dibutuhkan.
- Lepaskan tourniquet setelah maksimal satu menit dan hindari pasien mengepalkan tangan terlalu lama.
- Biarkan area penusukan benar-benar kering setelah dibersihkan dengan alkohol sebelum melakukan venipungsi.
- Hindari menarik atau mendorong plunger spuit terlalu kuat saat mengambil atau memindahkan darah ke tabung.
- Pastikan semua koneksi pada peralatan pengambilan darah terpasang dengan rapat untuk menghindari gelembung udara.
- Campurkan tabung darah dengan cara membalik perlahan sesuai aturan, jangan dikocok keras.
- Biarkan sampel darah membeku sesuai waktu yang dianjurkan sebelum sentrifugasi, dan jangan biarkan kontak serum/plasma dengan sel terlalu lama.
- Hindari paparan suhu ekstrem selama proses penyimpanan dan transportasi sampel.
- Jika menggunakan sistem transportasi otomatis, pastikan kecepatannya tidak berlebihan dan perhatikan jumlah belokan atau sudut tajam yang dilalui tabung.
Kesimpulan
Hemolisis merupakan tantangan besar dalam pengambilan dan pengelolaan sampel darah di laboratorium. Dengan memahami penyebab dan dampaknya, serta menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko hemolisis dapat diminimalkan. Hasil laboratorium yang akurat sangat penting untuk diagnosis dan penanganan pasien, sehingga memastikan kualitas sampel adalah prioritas utama dalam setiap prosedur flebotomi.Referensi
- Heireman L, Van Geel P, Musger L, Heylen E, Uyttenbroeck W, Mahieu B. (2017), Causes, consequences and management of sample hemolysis in the clinical laboratory. Clin Biochem. 2017 Dec;50(18):1317-1322. doi: 10.1016/j.clinbiochem.2017.09.013. Epub, Sep 22. PMID: 28947321.
-
Lippi, G., Blanckaert, N., Bonini, P., Green, S., Kitchen, S., Palicka, V., & Plebani, M. (2008). Haemolysis: an overview of the leading cause of unsuitable specimens in clinical laboratories. Clinical Chemistry and Laboratory Medicine, 46(6), 764–772.
https://doi.org/10.1515/CCLM.2008.170 -
Lippi, G., Plebani, M., Di Somma, S., & Cervellin, G. (2011). Hemolyzed specimens: a major challenge for emergency departments and clinical laboratories. Critical Reviews in Clinical Laboratory Sciences, 48(3), 143–153.
https://doi.org/10.3109/10408363.2011.600228 - Lena Arzoumanian, (2010), Talk What Is Hemolysis?, Volume 8, No. Retrieved from
https://www.scribd.com/document/366588823/TechTalk-Hemolysis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar