Pemeriksaan waktu perdarahan merupakan pengukuran hemostasis dan koagulasi yang telah digunakan selama lebih dari 85 tahun dalam mendeteksi abnormalitas primary hemostasis. Pengukuran in vivo ini mengevaluasi interaksi trombosit dengan dinding pembuluh darah kecil, secara khusus menilai waktu yang diperlukan untuk menghentikan perdarahan setelah dilakukan sayatan superfisial terstandar pada capillary bed kulit. Pemeriksaan ini sangat bergantung pada efisiensi cairan jaringan dalam mempercepat proses koagulasi, fungsi kapiler, dan aktivitas trombosit—baik jumlah trombosit yang ada maupun kemampuannya untuk membentuk platelet plug.
Tiga prosedur yang saat ini digunakan untuk menentukan waktu perdarahan adalah metode Duke, metode Ivy, dan metode Mielke. Meskipun metode Duke paling mudah dilakukan, metode ini kemungkinan menghasilkan hasil yang paling tidak akurat. Metode Ivy merupakan perbaikan dalam standardisasi dan reproduktibilitas dibandingkan dengan teknik-teknik sebelumnya.
Tujuan
Tujuan utama pemeriksaan waktu perdarahan metode Ivy adalah menyediakan penilaian terstandar terhadap primary hemostasis melalui evaluasi interaksi trombosit-dinding pembuluh darah. Metode ini bertujuan meningkatkan reproduktibilitas pemeriksaan dengan mengendalikan variabel-variabel penting yang mempengaruhi penghentian perdarahan. Pemeriksaan ini berfungsi sebagai alat skrining untuk gangguan fungsi trombosit dan abnormalitas vaskular, terutama pada kasus-kasus dengan kecurigaan klinis gangguan perdarahan. Pemeriksaan ini sangat berharga dalam investigasi penyakit von Willebrand derajat berat dan sedang serta gangguan fungsi trombosit kongenital atau didapat. Metode Ivy secara khusus berupaya mengatasi keterbatasan metode Duke dengan menyediakan standardisasi yang lebih baik pada insisi dan kondisi pemeriksaan.
Prinsip
Pemeriksaan waktu perdarahan metode Ivy beroperasi berdasarkan prinsip bahwa insisi superfisial terstandar yang dibuat pada kulit akan berhenti berdarah dalam jangka waktu yang dapat diprediksi pada individu dengan fungsi hemostatik normal. Pemeriksaan ini mengukur durasi perdarahan aktif dari insisi superfisial kulit, yang mencerminkan efektivitas interaksi trombosit-dinding pembuluh darah. Dengan menerapkan tekanan vena konstan sebesar 40 mmHg menggunakan manset sphygmomanometer, pemeriksaan ini menciptakan kondisi terstandar yang meningkatkan sensitivitas untuk mendeteksi abnormalitas trombosit. Waktu perdarahan paling bermanfaat sebagai indikator abnormalitas trombosit, baik dalam jumlah maupun fungsinya, dan merepresentasikan interaksi kompleks antara trombosit, dinding pembuluh darah, dan kaskade koagulasi dalam mencapai primary hemostasis.
Alat dan Bahan
Peralatan yang Diperlukan:- Sphygmomanometer (manset tekanan darah): Digunakan untuk mempertahankan tekanan vena konstan pada 40 mmHg selama prosedur
- Lancet steril sekali pakai atau alat template: Untuk membuat insisi terstandar
- Kertas saring bundar (Whatman #1 atau setara): Digunakan untuk menyerap darah dari lokasi insisi tanpa mengganggu pembentukan bekuan
- Stopwatch atau alat pengatur waktu: Harus dapat mengukur dalam detik untuk ketepatan waktu
- Alcohol swabs (isopropil alkohol 70%): Untuk persiapan dan disinfeksi lokasi
- Sarung tangan sekali pakai: Untuk perlindungan operator mengikuti standard precautions
- Perban kupu-kupu dan perban yang lebih besar: Untuk penutupan luka setelah pemeriksaan selesai
- Pisau cukur sekali pakai atau alat pencukur: Kadang-kadang diperlukan untuk menghilangkan rambut di lokasi pemeriksaan
- Isopropil alkohol 70%: Berfungsi sebagai antiseptik untuk membersihkan lokasi pemeriksaan dan mengurangi risiko infeksi. Lokasi harus dibiarkan kering dengan udara selama minimal 30 detik sebelum insisi untuk mencegah interferensi alkohol dengan hemostasis
- Kertas saring: Menyerap darah melalui aksi kapiler tanpa mengganggu secara mekanis platelet plug yang sedang berkembang di lokasi insisi
Prosedur
- Verifikasi pra-pemeriksaan: Konfirmasi bahwa jumlah trombosit pasien tidak berada di bawah batas yang ditetapkan laboratorium untuk melakukan prosedur waktu perdarahan.
- Persiapan pasien: Informasikan kepada pasien tentang sifat pemeriksaan dan kemungkinan terbentuknya jaringan parut, pembentukan keloid, dan risiko infeksi. Pemeriksaan tidak boleh dilakukan pada orang yang tidak dapat bekerja sama atau diketahui membentuk keloid.
- Pemilihan lokasi: Dengan lengan dalam posisi supinasi pada penyangga yang kokoh (sebaiknya dekat dengan tingkat jantung), pilih lokasi pada sepertiga lateral lengan bawah, 2 hingga 3 cm distal dari lipatan antecubital, di area yang bebas dari rambut, bekas luka, tato, memar, vena superfisial, kulit yang terinfeksi, tahi lalat, atau lesi lainnya.
- Penempatan manset: Tempatkan manset sphygmomanometer pada lengan atas.
- Persiapan lokasi: Bersihkan lokasi pemeriksaan dengan alcohol swab dan biarkan kering dengan udara selama minimal 30 detik.
- Aplikasi tekanan: Pompa manset hingga 40 mmHg selama 30 hingga 60 detik sebelum insisi dibuat. Pertahankan tekanan stabil pada 40 mmHg selama prosedur.
- Pembuatan insisi: Dengan mengenakan sarung tangan, tempatkan alat dengan kuat tetapi dengan tekanan minimal pada lengan bawah. Buat insisi baik tegak lurus (vertikal) atau sejajar (horizontal) terhadap lipatan antecubital. Insisi harus sepanjang 5 mm dan sedalam 1 mm untuk dewasa.
- Pengaturan waktu: Mulai alat pengatur waktu segera setelah membuat insisi.
- Penyerapan darah: Serap (jangan tekan) tetesan darah dari insisi dengan kertas saring setiap 30 detik, berhati-hati untuk tidak menyentuh insisi agar tidak mengganggu platelet plug yang sedang berkembang.
- Penentuan titik akhir: Lanjutkan penyerapan hingga perdarahan berhenti. Waktu perdarahan dicatat ketika darah berhenti mewarnai kertas saring merah, diukur hingga 30 detik terdekat.
- Perawatan pasca-pemeriksaan: Lepaskan manset dan aplikasikan perban kupu-kupu untuk menyatukan tepi insisi tanpa tumpang tindih.
Interpretasi Hasil
Nilai Normal:- Rentang normal: 1-9 menit
- Borderline: 3-6 menit (beberapa sumber menyebutkan 6-10 menit)
- Rentang panik: >15 menit
- Nilai lebih pendek pada pria dibandingkan wanita dan lebih pendek pada klien berusia lebih dari 50 tahun
- Gangguan trombosit:
- Trombositopenia (umumnya ketika jumlah trombosit di bawah 50.000 per mm³)
- Trombasthenia (penyakit Glanzmann)
- Disfungsi trombosit (kongenital atau didapat)
- Sindrom Bernard-Soulier
- Abnormalitas vaskular:
- Purpura vaskular
- Scurvy
- Abnormalitas dinding pembuluh darah
- Defisiensi faktor koagulasi:
- Defisiensi faktor (I, II, V, VII, VIII, IX, XI)
- Penyakit von Willebrand
- Defisiensi fibrinogen
- Kondisi sistemik:
- Uremia
- Penyakit hati (berat)
- Disseminated intravascular coagulopathy
- Gangguan mieloproliferatif
- Efek obat:
- Aspirin dan inhibitor agregasi trombosit lainnya
- Antikoagulan oral
- NSAID (indometasin, ketorolak, fenilbutazon)
Keunggulan dan Keterbatasan
Metode Ivy menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan teknik waktu perdarahan sebelumnya. Metode ini menyediakan standardisasi yang lebih baik melalui penggunaan tekanan vena terkontrol, yang meningkatkan sensitivitas untuk mendeteksi abnormalitas trombosit. Metode ini relatif sederhana untuk dilakukan dan memerlukan peralatan minimal, membuatnya dapat diakses di berbagai pengaturan klinis. Aplikasi tekanan konstan pada 40 mmHg menciptakan kondisi pemeriksaan yang dapat direproduksi yang lebih unggul dari metode Duke.
Namun demikian, pemeriksaan ini memiliki keterbatasan signifikan yang harus dipertimbangkan. Waktu perdarahan sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel termasuk arah insisi, suhu lingkungan, usia, jenis kelamin, dan teknik operator. Nilai prediktif positif waktu perdarahan berkaitan dengan gangguan primary hemostasis hanya tinggi ketika ada kemungkinan besar hasil abnormal, seperti ketika pasien memiliki riwayat perdarahan abnormal atau sedang mengonsumsi obat yang diketahui mempengaruhi waktu perdarahan. Pemeriksaan ini tidak dianggap berguna sebagai tes prediktif untuk perdarahan bedah, yang membatasi utilitas klinisnya. Selain itu, prosedur ini membawa risiko pembentukan jaringan parut, pembentukan keloid, dan infeksi, dan hanya boleh dilakukan oleh individu dengan pelatihan dan pengalaman yang memadai.
Catatan Klinis
Beberapa pertimbangan klinis penting harus diperhatikan saat melakukan pemeriksaan waktu perdarahan metode Ivy. Pemeriksaan tidak boleh dilakukan pada pasien dengan jumlah trombosit di bawah batas yang ditetapkan laboratorium, biasanya ketika jumlah di bawah 50.000 per mm³, karena ini menimbulkan peningkatan risiko perdarahan berkepanjangan. Pada pasien pediatrik, modifikasi prosedur mungkin diperlukan, termasuk penyesuaian kedalaman dan panjang insisi yang sesuai untuk usia. Untuk pasien yang dicurigai memiliki gangguan perdarahan, luka tusuk ujung jari mungkin lebih disukai daripada insisi daun telinga, karena perdarahan dari daun telinga mungkin lebih sulit dikendalikan.
Arah insisi (horizontal atau vertikal) harus distandarisasi dalam setiap institusi, karena arah dapat mempengaruhi hasil dan rentang normal. Faktor lingkungan seperti suhu ambien dapat mempengaruhi hasil, dengan suhu dingin berpotensi memperpanjang waktu perdarahan. Riwayat obat sangat penting, karena banyak obat termasuk aspirin, NSAID, dan herbal seperti Ginkgo biloba, bawang putih, jahe, dan ginseng dapat mempengaruhi fungsi trombosit dan memperpanjang waktu perdarahan. Pemeriksaan harus dihentikan jika perdarahan berlanjut melampaui batas waktu yang ditentukan institusi, biasanya 20 atau 30 menit, untuk mencegah kehilangan darah berlebihan dan ketidaknyamanan pasien.
Kesimpulan
Pemeriksaan waktu perdarahan metode Ivy merupakan perbaikan dari metode-metode sebelumnya untuk menilai primary hemostasis, menawarkan standardisasi yang lebih baik melalui kondisi pemeriksaan terkontrol. Meskipun pemeriksaan ini memberikan informasi berharga dalam evaluasi gangguan trombosit berat dan penyakit von Willebrand, utilitas klinisnya terbatas oleh berbagai variabel yang mempengaruhi hasil dan nilai prediktif yang buruk untuk perdarahan bedah. Pemeriksaan ini tetap berguna dalam konteks klinis spesifik di mana ada kecurigaan kuat gangguan perdarahan, tetapi tidak boleh digunakan sebagai alat skrining rutin. Teknik yang tepat, kesadaran akan variabel yang mempengaruhi, dan korelasi klinis yang sesuai sangat penting untuk interpretasi hasil yang bermakna. Seiring pemahaman kita tentang hemostasis terus berkembang, peran pemeriksaan waktu perdarahan dalam praktik klinis terus disempurnakan, dengan tes yang lebih spesifik sering lebih disukai untuk evaluasi fungsi trombosit dan gangguan perdarahan.
Referensi
- Clinical and Laboratory Standards Institute. (2005). Performance of the Bleeding Time Test; Approved Guideline—Second Edition. CLSI document H45-A2. Wayne, PA: Clinical and Laboratory Standards Institute.
- Barbara A. Brown. (1980). Hematology: Principles and Procedures, Third Edition, by Lea & Febiger.
- Harsh Mohan. (2013). Pathology Practical Book, Third Edition, by Jaypee Brothers Medical Publishers.
- Chernecky CC, Berger BJ. (2008). Laboratory Tests and Diagnostic Procedures. 5th ed. Philadelphia: Saunders, An Imprint of Elsevier.
- Elaine M. Keohane, Larry J. Smith, Jeanine M. Walenga. (2016). Rodak's Hematology: Clinical Principles and Applications, Fifth Edition, by Saunders, an imprint of Elsevier Inc.
- Ramadas Nayak, Sharada Rai, Astha Gupta (2012). Essentials in Hematology and Clinical Pathology, First Edition, by Jaypee Brothers Medical Publishers.
- Harsh Mohan. (2013). Pathology Practical Book, Third Edition, by Jaypee Brothers Medical Publishers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar